Ajaran – Ajaran Filsafat
Arthur Schopenhauer
Arthur Schopenhauer adalah seorang putra dari Heinrich
Floris dan Johanna Schopenhauer yang merupakan keturunan orang kaya dari Jerman
dan memiliki keturunan bangsawan, Ayahnya bunuh diri setelah pindah Humburg dan
ibunya juga sibuk dengan urusannya sendiri, Schopenhauer sempat menerbitkan tulisannya namun seringkali
tidak laku, pernah juga menjadi dosen namun tidak lama, dan Ia juga sangat
membenci wanita dan selalu membatalkan rencana pernikhanannya. Pemikiran
Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Budha dan Kant.
Pemikiran Filosofis Arthur Schopenhauer
Filsafat Keinginan
Schopenhauer
memberikan fokus kepada investigasinya terhadap motivasi seseorang. Sebelumnya,
filsuf terkemuka Hegel telah mempopulerkan konsep Zeitgeist, ide
bahwa masyarakat terdiri atas kesadaran akan kolektifitas yang digerakkan di
dalam sebuah arah yang jelas. Schopenhauer memfokuskan diri
untuk membaca tulisan-tulisan dua filsuf terkemuka pada masa kuliahnya, yaitu Hegel dan Kant. Schopenhauer
sendiri mengkritik optimisme logika yang dijelaskan oleh kedua filsuf terkemuka
tersebut dan kepercayaan mereka bahwa manusia hanya didorong oleh keinginan
dasar sendiri, atau Wille zum Leben (keinginan untuk hidup)
yang diarahkan kepada seluruh manusia.
Schopenhauer
sendiri berpendapat bahwa keinginan manusia adalah sia-sia, tidak logika, tanpa
pengarahan dan dengan keberadaan, juga dengan seluruh tindakan manusia di
dunia. Schopenhauer berpendapat bahwa keinginan adalah sebuah keberadaan
metafisikal yang mengontrol tindak hanya tindakan-tindakan individual, agent,
tetapi khususnya seluruh fenomena yang bisa diamati. Keinginan yang
dimaksud oleh Schopenhauer ini sama dengan yang disebut dengan Kant dengan
istilah sesuatu yang ada di dalamnya sendiri.
Pandangan
filosofis Schopenhauer melihat bahwa hidup adalah penderitaan. Schopenhauer
menolak kehendak. Apalagi dengan kehendak untuk membantu orang menderita. Ajaran
Schopenhauer menolak kehendak untuk hidup dan segala manifestasinya, namun ia
sediri takut dengan kematian. I'AM STAYING HERE
Keputusan dan Hukuman
Schopenhauer
menjelaskan seseorang yang hendak mengambil keputusan. Menurut
dia, ketika kita mengambil keputusan, kita akan diperhadapkan dengan berbagai
macam akibat. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil memiliki alasan atau
dasar. Keputusan-keputusan ini menjadi tidak bebas lagi bagi si pemilihnya.
Pemilih itu harus diperhadapkan kepada beberapa akibat dalam sebuah keputusan. Segala
tindakan yang dilakukan seseorang merupakan kebutuhan dan tanggung jawabnya. Segala
kebutuhan dan tanggung jawab itu pun sudah dibawa sejak lahir dan bersifat
kekal. Schopenhauer juga menegaskan jika tidak ada keinginan bebas, haruskah
kejahatan dihukum?
Catatan
Filsafat
Schopenhauer ini termasuk ke dalam Idealisme Jerman. Pendapat
ini dibuktikan melalui perbandingan antara filosofis Schopenhauer dengan
pandangan Idealisme Jerman. Keduanya
mengajarkan bahwa realitas bersifat subjektif, artinya keseluruhan kenyataan
merupakan konstruksi kesadaran Subjek. Dunia ini juga dipandang sebagai
ide. Pandangan Schopenhauer ini pun dijadikan wakil dari Idealisme Jerman. Sekalipun
memang ada hal-hal yang bersifat lebih khusus dan fundamental yang
membedakan pemikiran Schopenhauer dengan Idealisme Jerman. Bagi
Schopenhauer, dasar dunia ini transcendental dan bersifat irasional, yaitu
kehendak yang buta. Kehendak ini buta, sebab, sebab
desakannya untuk terus-menerus dipuaskan tidak bisa dikendalikan dan tidak akan
pernah terpenuhi. Namun, justru keinginan yang tak sampai berarti penderitaan.
Selanjutnya, menurut dia bahwa kehendak transendental itu mewujudkan diri
dalam miliaran eksistensi kehidupan, maka hidup itu sendiri merupakan
penderitaan. Jalan keluar yang diusulkan Schopenhauer ini pun cukup logis. Kalau
hidup ini adalah penderitaaan, maka pembebasan dari penderitaan tersebut
tentunya akan tercapai melalui penolakan kehendak untuk hidup. Konkretnya
adalah lewat kematian raga dan bela rasa.
Cara pemikiran Schopenhauer ini
menarik.
Namun, tetap saja memiliki kesalahan.Masalah dalam filsafatnya berkaitan
dengan pandangannya atas pengetahuan tentang prinsip individuasi.Menurut
Schopenhauer, berkat pengetahuan inilah manusia sadar bahwa dirinya adalah sama
dengan semua makhluk hidup lain (dasar dari sikap bela rasa) sehingga dia tidak
perlu memutlakkan diri dan keinginannya (dasar sikap mati raga atau
penyangkalan diri). Tanpa pengetahuan ini,
manusia tidak akan mengalami pencerahan dan
tetap berada dalam kegelapan.
Anggapan
Schopenhauer ini menekankan dua hal, yaitu bahwa kesadaran manusia terbukti
lebih kuat dibandingkan nafsu dan keinginannya, dan bahwa
karena itu ia juga mampu memperhatikan keadaan kepentingan orang lain, di dalam
hal ini berarti bahwa manusia bukanlah makhluk egois sebagai mana yang
dipikirkan oleh Schopenhauer. Namun, jika kesadaraan bisa menguatkan
manusia menyangkal diri dan berbela rasa, bukankah demikian kehendak untuk
hidup itu sendiri bukan merupakan dasar dari segalanya?
Source :
K. Bertens.1976.Ringkasan Sejarah
Filsafat.Jogjakarta.Kanisius.69-70.
Arthur
Schopenhauer(1969). E. F. J. Payne. ed. The World as Will and Representation.
II. New York: Dover Publications.527
Tidak ada komentar:
Posting Komentar